Perusahaan diharapkan memberikan “value creation”. Value bagi perusahaan dalam hal keuangan yang paling mudah dikenali adalah deviden dan capital gain. Untuk itu dalam menentukan indikator keuangan perlu dijabarkan ke dalam value driver yang mendorong terjadinya deviden dan capital gain.
Value driver bagi terciptanya deviden adalah profitability atau kemampuan menghasilkan laba. Di sisi lain adalah capital gain, yang didorong karena devisen dan adanya growth. Selanjutnya adalah apa “value driver ” nya bisa profitable dan ada growth?
Setidaknya ada 5 driver indicator kinerja yang membentuk keduanya yaitu: Sales Growth, Asset Quality, Cost to Income, Net Interest margin, Ebitda. Indikator tersebut bisa digunakan untuk menilai dan monitor apakah perusahaan create value atau tidak.
Keterhubungan tersebut dapat terlihat dari kemampuan perluasan pasar (eksternal) tercermin sales growth dan kemampuan efisiensi (internal) tercermin dgn EBITDA.
Sebagian perusahaan yang memiliki karakteristik yang sama, namun beberapa perusahaan akan memiliki driver yang berbeda perlu dipertimbangkan. Misalnya pada perusahaan asuransi yang sudah tersegmen untuk pegawai tertentu tidak akan memasarkan produknya sehingga sales growth (peningkatan penjualan) tidak tepat dan lebih tepat menggunakan return on asset (optimalisasi earning dari asset).
Contoh lain, BUMN dengan subsidi atau perusahaan yang tidak dapat mengatur harga akan berusaha menekan penjualan karena semakin tinggi penjualan akan menggerus laba. Ukuran sales growth tidak tepat, lebih tepat gross profit on sales atau harga pokok plus biaya operasi dibagi sales.
Kelima indikator tersebut ada pada perpektif keuangan. Untuk tujuan perbaikan kinerja harus dilanjutkan dengan indikator proses bisnis yang relevan dan signifikan terhubung dengan indicator value creation tersebut antara lain bagaimana ekselensi proses internal, kepatuhan, layanan pelanggan, efisiensi, dsb.
Dengan kata lain, pilihan indikator kinerja untuk mengukur terciptanya value creation tidak suseatu yang bisa “one fits for all“, tidak dipilih secara acak atau dipilih independen terhadap proses bisnisnya, tetapi indikator harus merefleksikan strategi, tujuan, siklus dan sifat usaha perusahaan.
Bacaan:
Balanced Scorecard dan Key Managemernt ratios
sumber : https://bengkelgrc.id/2021/02/28/mengukur-value-creation-dengan-indikator-keuangan